Senin, 02 Februari 2009

Project-Based Learning atau Problem-Based Learning?

Istilah project-based learning (PjBL) dan problem-based learning (PbBL) masing-masing digunakan untuk menggambarkan sebuah rangkaian strategi pembelajaran. Secara konsep keduanya memiliki kesamaan dan sering kali penggunaan istilah PBL menghasilkan kebingungan, project-based atau problem-based? Sebuah survey dari hasil dialog para profesional pendidikan, hasil posting internet dan literatur tentang project-based learning dan problem based learning menunjukkan persamaan dan perbedaan keduanya.

Persamaan
Dari definisi literatur, PjBL dan PbBL menunjukkan beberapa kesamaan. Keduanya merupakan strategi pembelejaran yang ditujukan untuk membuat siswa terlibat dalam pembelajaran yang otentik, dan tugas-tugas yang sifatnya "real-word". Siswa disuguhkan project-project atau masalah yang bersifat terbuka dengan pendekatan dan jawaban yang terbuka pula, kegiatan direncanakan untuk menstimulasi situasi profesional. Kedua pendekatan pembelajaran ini didefinisikan pula sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan melibatkan guru dalam peranannya sebagai fasilitator dan coach. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis project atau problem umum bekerja dalam kelompok kooperatif dengan jatah waktu yang cukup panjang, dan didorong untuk mencari berbagai jenis sumber informasi. Seringkali pendekatan ini menekankan assessment yang bersifat otentik, dan berbasis kinerja.

Perbedaan
Meskipun memiliki beberapa kesamaan, PjBL dan PbBL bukan merupakan pendekatan yang sama. PjBL cenderung lebih dekat dengan pembelajaran di dunia pendidikan K-12 sedangkan PbBL juga digunakan di kelas tetapi PbBL ini asal mulanya sering digunakan dalam pelatihan dalam dunia kedokteran dan pelatihan profesional lainnya di luar dunia pendidikan.
PjBL berciri khas mulai dengan sebuah produk akhir atau "artifak", dimana produk yang dihasilkan menunjukkan pengetahuan atau keterampilan tertentu dan secara khusus menjawa satu atau lebih masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Project memiliku cakupan yang luas dalam bahasan dan waktu, dan produk akhir beragam dalam hal penggunaan teknologi dan kecanggihannya. pendekatan PbBL menggunakan sebuah model produk yang meliputi tahapan berikut:
Pertama, siswa mendefinisikan tujuan dari pembuatan produk akhir dan mengidentifikasi pemirsanya. Mereka melakukan riset tentang topik yang dibahasnya, mendisain produk, dan membuat sebuah rencana manajemen projek. Selanjutnya siswa memulai projeknya, memcahkan masalah dan isu-osu yang muncul dalam pembuatan produknya, dan menyelesaikan produknya. Siswa boleh menggunakan atau menunjukkan produk yang telah mereka buat, dan secara ideal diberi waktu untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil kerjanya (Crawford, Belnet website, Autodesk website, Blumenfeld et al). Keseluruhan proses bersifat otentik, menggambarkan kegiatan yang bersifat "real-world" dan menggunakan ide-ide siswa sendiri dan pendekatan untuk menuntaskan tugas-tugasnya. Meskikpun produk akhir dikendalikan dalam PbBL, pengetahuan dan keterampilan diperlukan selama proses pembuatan produk merupakan bagian penting untuk mencapai keberhasilan pendekatan ini.
PbBL dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan atau dipelajari oleh siswa. Seringkali masalah-masalah ini dirancang dalam sebuah skenario atau format studi kasus. Masalah didisain menjadi lebih "ill-structured" dan meniru kompleksitas dari kasus dalam dunia nyata (real world). Seperti halnya PjBL, tugas-tugas PbBL juga sangat bervariasi dalam cakupan dan kerumitannya. pendekatan yang digunakan adalah model inquiry: Siswa dihadapkan pada suatu masalah dan mereka mulai dengan mengorganisasi pengetahuan awal mereka tentang suatu subjek, diberi pertanyaan tambahan, dan mengidentifikasi area yang mereka perlukan untuk mendapatkan informasi. Siswa menyusun suatu rencana untuk mengumpulkan banyak informasi, selanjutnya melakukan penelitian yang diperlukan dan mengumpulkan hasilnya untuk sharing dan menyimpulkan pengetahuan baru mereka. Siswa bisa menampilkan kesimpulannya, dan mereka bisa menghasilkan atau tidak menghasilkan produk akhir. Idealnya siswa pun memiliki waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri. (Duch, Delisle, Hoffman and Ritchie, Stepian and Gallagher). Semua pendekatan PbBL tergantung pada masalah yang dikembangkan. Beberapa PbBL memerlukan sebuah definisi masalah yang jelas, hipotesis, pengumpulan informasi dan pemecahan yang jelas yang harus dikembangkan oleh siswa.

Dalam prakteknya, seringkali batasan perbedaan kedua pendekatan ini tidak jelas. Pada dasarnya, PbBL dan PjBL mempunyai orientasi yang sama yaitu : keduanya bersifat otentik, pendekatan konstruktivis dalam belajar. Perbedaan diantara keduanya mungkin pada variasinya. Kurang lebih ada dua kemugkinan kontinum variasi dari kedua pendekatan ini. Pertama adalah pada keluasan produk akhir merupakan bagian penting dari projek. Di pihak lain, produk akhir merupakan bentuk dari proses penghasilan produk. Singkatnya, dalam PjBL produk akhir dikendalikan oleh perencanaan, penghasilan produk dan proses evaluasi. Sedangkan PbBL lebih dikendalikan oleh proses inquiri dan riset dibanding oleh produk akhir dalam fokus proses pembelajarannya.
Sumber:
http://pblmm.k12.ca.us/PBLGuide/PBL&PBL.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar