Anak-anak kita saat ini telah mengalami proses sosialisasi yang sangat berbeda dengan orang tuanya. Mereka telah menghabiskan waktunya untuk bermain berbagai jenis teknologi yang berbeda. Kurang lebih 10.000 jam mereka habiskan untuk bermain video game, lebih dari 200.000 email dan sms dikirim dan diterima; lebih dari 10.000 jam digunakan untuk berbicara dengan menggunakan handphone; 20.000 jam untuk menonton televisi; 5.000 jam untuk membaca buku - mereka saat ini disebut sebagai "siswa digital native"
Karakteristik siswa di abad ke-21 menurut (Stephen Sanders & Stuart, 2006) adalah:
- Jumlahnya sama dengan masa "baby boomers"
- Sebagai konsumer - $150 milyar/tahun
- Pengguna Media digital - 6 jam/hari
- Multitasker : online - handphone - printing
- Hyperkomunikator - berbagai jenis internet tool (YM, FB, MP, Blog, dll.)
- Belajar melalui Interaksi dengan Game
- Berani menanggung risiko
- Pendidikan berkelanjutan
- Futurist dan Optimistik
Diperkirakan otak "siswa digital native" ada kemungakinan berbeda secara fisik akibat rangsangan digital yang mereka terima selama masa pertumbuhannya.
Mengapa kita harus tetap ngotot mempertahankan gaya mengajar kita, sementara apa yang kita hadapi sudah berubah? Proses pembelajaran yang bagaimana yang mampu memfasilitasi kondisi anak-anak digital native sehingga mampu mengembangkan potensi kemampuan yang dimilikinya? Bagaimana teknologi dapat kita libatkan dalam proses pembelajaran kita untuk
mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa kita? Pembelajaranyang bagaimana yang akan kita kembangkan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki gaya belajar yang sangat berbeda? Bagaimana cara melakukan assessmen untuk melihat semua keterampilan atau kecakapan siswa sudah dimiliki oleh siswa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar